Tuesday, March 11, 2008

TANJUNG LESUNG


Menikmati Wisata Banten
Tanjung Lesung, Keindahan Butuh Perbaikan Akses" Astaga!HidupGaya – Bencana gempa dan tsunami yang menimpa Nanggroe Aceh Darussalam, 2004 silam dan daerah Pangandaran, Jawa Barat beberapa waktu lalu ternyata berimbas buruk pada sektor pariwisata, terutama kawasan pantai. Sepanjang garis pantai daerah Banten misalnya. Sebelum terjadi tsunami, lokasi tersebut masih banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.


Tapi kini hampir semua hotel, resort, vila maupun penginapan lokal di daerah pantai tersebut sepi pengunjung. Pemicunya tak lain dan tak bukan adalah rumor tsunami yang belakangan ini marak. Alhasil, pendapatan pengelola tempat pariwisata itu mengalami penurunan drastis. Bahkan tak sedikit yang harus memulangkan sebagian pegawainya.

Mau tak mau, pihak pengelola meminta Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) untuk memberikan pernyataan soal keamaan daerah pantai Banten terkhusus Selat Sunda. Seperti diketahui, di sepanjang jalur pantai Banten banyak tempat pariwisata. Sebut saja Anyer, Carita, Tanjung Lesung, Sumur dan masih banyak lagi.

Dalam sebuah kesempatan, Astaga.com berkesempatan untuk bisa menjelajahi daerah pantai di kawasan Banten. Sebagai tujuan pertama, Tanjung Lesung Resort Hotel yang sejak April 2006 lalu berganti nama menjadi The Bay Villas @ Tanjung Lesung disinggahi.

Memiliki 61 vila yang dibagi menjadi tiga kelas yaitu Jamrud (1 kamar), Mutiara (2 kamar) dan Berlian (4 kamar), begitu masuk ke salah satu vila rasa nyaman jauh dari kebisingan kota mulai menghinggap. Dan sepertinya rasa lelah akibat jarak tempuh selama 3,5 jam yang harus dilewati dari kota Jakarta, terhapus sudah. Tapi yang menarik, sewaktu tiba di lokasi, pihak hotel telah menyediakan welome drink dan welcome dance. Menarik!

Memasuki lebih dalam The Bay Villas, fasilitas olahraga seperti tenis meja, basket, sepeda sudah tersedia. Di bagian dekat pantai, terdapat resto dan fasilitas swimming pool. Bagi anda yang ingin menyepi atau beristirahat sambil melihat capung serta burung walet beterbangan, anda bisa duduk di gazibo-gazibo yang tersedia dekat pantai.

Rasa khawatir akan tsunami memang sempat menghampiri, tapi setelah mendapat penjelasan bahwa BMG telah memberikan pernyataan daerah Selat Sunda aman, lenyaplah rasa khawatir itu.

Bagi anda yang ingin berlibur atau menjauhi dari kebisikan kota sejenak, The Bay Villas @ Tanjung Lesung bisa jadi pilihan alternatif. Soal harga juga masih terjangkau. Untuk jenis Jamrud (1 kamar) cukup mengeluarkan kocek 399 ribu rupiah untuk weekday dan 799 ribu rupiah untuk weekend. Sementara Mutiara (2 kamar), harga dibuka 1,2 juta rupiah untuk weekday dan 2,5 juta rupiah untuk weekend.

Sayangnya, akses jalan masuk taman wisata Tanjung Lesung terkesan sepi dan kurang terawat. Tapi paling tidak, keindahan serta kenyamaan vila yang disediakan menutupi kekurangan itu.

daftarpustaka:http://www।astaga।com/hidup-gaya/index.php?cat=165&id=108548


Read More...

Friday, March 7, 2008

Wisata Arkeologis Banten Lama


Serang - Banten Lama banyak menarik perhatian. Pesonanya dipicu cerita kejayaan dan kemakmuran rakyat Banten pada masa lalu. Apalagi sisa kemajuan tadi masih bisa dijumpai di beberapa tempat. Alih-alih membangkitkan nostalgia, situs-situs itu justru menuai kritik dari sana-sini. Ini terjadi akibat benda-benda cagar budaya itu tampak dibiarkan kumuh dan tak terurus. Padahal, bila digarap serius situs Banten Lama berpotensi sebagai daerah tujuan wisata arkeologis.

Cuaca siang itu (15/04) terlihat begitu cerah. Hawa panas yang ada sudah cukup membuat keringat bercucuran. Tapi itu tak menyurutkan langkah Endjat Djaenuderadjat. Dengan semangat menggebu Kepala Dinas Suaka Purbakala Banten ini asyik menerangkan sejarah kejayaan Banten kepada rombongan wartawan. Datang dari Jakarta, para kuli disket itu sengaja diajak keliling beberapa situs oleh Direktorat Purbakala dan Permuseuman dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala Serang.
Kali ini, lokasi yang dipilih reruntuhan Istana Surosowan. Istana ini dibangun ketika pasukan gabungan di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin dan Pangeran Fatahillah berhasil mengalahkan Kerajaan Pajajaran dan merebut ibukota mereka, Banten Girang.
Di sekitar istana dibangun tembok atau benteng keliling. Areal benteng ini sekitar tiga hektar. Berbeda dengan benteng-benteng Eropa, di atas benteng tidak ada kupel atau bastion. Tetapi justru dibuat tiang-tiang tinggi tempat prajurit mengamati keadaan di luar benteng.
Pada masa Sultan Maulana Yusuf, putera Maulana Hasanuddin, benteng diperkuat dengan batu karang dan batu merah. Di sekeliling benteng digali parit-parit. Di dalam istana dibangun kolam mandi. ”Kolam ini disebut pemandian Loro Denok,” sebut Endjat. Sisa bangunan ini masih bisa terlihat. Hanya saja bukan lagi jadi tempat mandi para sultan tetapi jadi arena bermain gratis bagi anak-anak.
Sultan Ageng Tirtayasa mempercantik istana Surosowan dengan menyewa tenaga ahli dari Portugal dan Belanda, di antaranya Hendrik Lucasz Cardeel. Benteng istana diperkuat dan dipojok-pojoknya dibangun bastion, bangunan setengah lingkaran dengan lubang-lubang tembak prajurit mengintai dan menembak musuh. Endjat pun menunjukkan kepada kami ciri bangunan hasil rehabilitasi oleh Sultan Ageng Tirtayasa dengan pembangunan pada masa Sultan Maulana Yusuf.
Endjat juga menunjukkan karya seni dekor tinggi pada masa itu. Bukti ini masih bisa dijumpai pada sisa ubin merah yang dipasang dengan komposisi belah ketupat. Belum lagi sistem parit dan saluran air bawah tanah ke dalam kompleks istana.
Menurut Paulus Van Solt, pada 1605 dan 1607 benteng istana sempat mengalami kebakaran. Namun nasib istana Surosowan luluh lantak setelah Daendels memimpin pasukan Kompeni untuk menghancurkannya pada 21 November 1808.
Walau hanya tersisa reruntuhan, situs Surosowan sebetulnya masih cukup menarik sebagai salah satu obyek wisata arkeologis. Namun bila melihat kondisi sekarang ini, kami hanya bisa mengelus dada. Di sekeliling kompleks situs dipenubi pedagang kaki lima. Para pedagang ini membuka kios-kios sempit, menjajakan aneka barang bagi pengunjung Masjid Agung Banten Lama. Sampah pun berceceran di mana-mana.
Situs Istana Surosowan juga tak mendapat penjagaan yang layak, walau di sekelilingnya telah dipagari. Setiap orang bisa bebas berkeliaran ke dalam dengan beragam tujuan. Dari sekadar melihat-lihat, berwisata sampai bertapa di salah satu sudut. Lebih miris lagi, pada halaman depan dan bagian dalam istana kawanan ternak ikut ambil bagian. Kerbau, domba dan kambing asyik menikmati rumput yang manis. Melihat semua kenyataan tadi, Endjat hanya tersenyum getir.


daftar pustaka:http://banten.multiply.com/reviews/item/1

Read More...